Profil Desa Trirejo

Ketahui informasi secara rinci Desa Trirejo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Trirejo

Tentang Kami

Profil Desa Trirejo, Loano, Purworejo. Ulasan mendalam tentang transformasi dramatis desa di lingkar Proyek Strategis Nasional Bendungan Bener, pergeseran ekonomi dari agraris ke jasa, serta potensi dan tantangan sebagai desa penyangga strategis.

  • Desa Penyangga Strategis

    Memiliki posisi geografis yang sangat vital sebagai desa penyangga dan gerbang menuju kawasan Bendungan Bener, sebuah Proyek Strategis Nasional.

  • Transformasi Ekonomi dan Sosial

    Mengalami pergeseran ekonomi yang cepat dari sektor agraris murni ke arah perdagangan dan jasa untuk melayani kebutuhan proyek raksasa di depannya.

  • Potensi Agrowisata Masa Depan

    Diproyeksikan menjadi pusat pengembangan pariwisata di tepian waduk Bener, membuka babak baru perekonomian desa pasca-konstruksi.

XM Broker

Di Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, sebuah desa yang dahulu hidup dalam ritme agraris yang tenang kini berdenyut dengan energi pembangunan yang luar biasa. Inilah Desa Trirejo, sebuah nama yang secara harfiah berarti "tiga kemakmuran," yang kini berada di ambang realisasi makna namanya dalam skala yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Posisinya yang strategis di lingkar Proyek Strategis Nasional (PSN) Bendungan Bener telah mengubah takdir desa ini, dari sebuah komunitas petani yang sunyi menjadi gerbang utama dan kawasan penyangga bagi salah satu proyek infrastruktur terbesar di Indonesia.Transformasi di Trirejo adalah sebuah mikrokosmos dari perubahan besar yang terjadi di Purworejo. Deru mesin alat berat dan lalu lalang kendaraan proyek telah menjadi bagian dari musik latar keseharian, menggantikan sebagian harmoni alam yang dulu dominan. Desa ini berada di persimpangan jalan antara mempertahankan warisan agrarisnya dan menyambut gelombang peluang ekonomi baru. Profil ini akan mengupas tuntas bagaimana Desa Trirejo beradaptasi, bertumbuh dan menghadapi tantangan di tengah pusaran pembangunan raksasa.

Sejarah Tiga Kemakmuran Bertemu Proyek Raksasa

Nama Trirejo diyakini berasal dari penggabungan tiga dusun kecil di masa lampau yang berikrar untuk bersama-sama mencapai kemakmuran (rejo). Filosofi ini terwujud selama puluhan tahun melalui kemakmuran yang bersumber dari hasil bumi, kerukunan sosial, dan ketenteraman spiritual. Kehidupan berjalan sederhana, teratur oleh musim tanam dan panen, dengan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada kesuburan tanah.Ketenangan historis ini mulai bergeser secara dramatis ketika pemerintah menetapkan pembangunan Bendungan Bener, yang digadang-gadang akan menjadi bendungan tertinggi di Indonesia. Desa Trirejo, yang berada di jalur akses utama dan berbatasan langsung dengan area proyek, sontak menjadi sorotan. Proyek raksasa ini menjadi "kemakmuran" keempat yang datang dengan skala, peluang, dan tantangan yang jauh melampaui apa pun yang pernah dialami desa ini sebelumnya.

Geografi di Simpang Jalan Pembangunan

Secara geografis, Desa Trirejo terletak di kawasan perbukitan khas Loano dengan kontur yang bervariasi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru, luas wilayah Desa Trirejo tercatat sekitar 205 hektare (Ha). Sebelum adanya proyek, lahan ini didominasi oleh sawah di area lembah dan perkebunan rakyat di lereng-lereng perbukitan.Kini, geografi desa ini memiliki makna strategis yang baru. Posisinya menjadi titik persimpangan vital. Jalan-jalan desa yang dulu sepi kini menjadi koridor logistik utama untuk pengangkutan material dan mobilitas ribuan pekerja. Secara administratif, Desa Trirejo berbatasan dengan desa-desa lain di Kecamatan Loano, seperti Desa Sedayu dan Karangrejo, menjadikannya simpul interaksi baru di kawasan tersebut. Peta desa telah berubah, tidak hanya secara fisik dengan adanya pelebaran jalan, tetapi juga secara fungsional sebagai zona penyangga pembangunan.

Demografi, Pemerintahan, dan Visi Menyongsong Perubahan

Menurut data kependudukan tahun 2025, Desa Trirejo dihuni oleh sekitar 3.500 jiwa. Angka ini belum termasuk ratusan pekerja non-permanen yang tinggal sementara di rumah-rumah sewa atau bedeng proyek, yang turut memberikan warna baru pada dinamika demografi desa.Pemerintahan Desa Trirejo, di bawah kepemimpinan Kepala Desa dan perangkatnya, menghadapi tugas yang kompleks: mengelola ekspektasi warga, memfasilitasi peluang, sekaligus memitigasi dampak negatif pembangunan. Visi pemerintah desa kini terfokus pada masa depan pasca-proyek. "Visi kami adalah menjadikan Desa Trirejo sebagai desa penyangga Bendungan Bener yang mandiri dan sejahtera. Kami harus mempersiapkan warga kami untuk menangkap peluang ekonomi dan pariwisata secara berkelanjutan, agar kami tidak hanya menjadi penonton," ujar salah satu perwakilan pemerintah desa. Musyawarah desa kini seringkali diisi dengan agenda-agenda yang berkaitan dengan adaptasi dan perencanaan strategis menyambut era baru.

Transformasi Ekonomi: Dari Agraris ke Jasa dan Perdagangan

Arus pembangunan Bendungan Bener telah menjadi katalisator bagi pergeseran lempeng ekonomi di Desa Trirejo. Sektor pertanian, yang dahulu menjadi satu-satunya penopang, kini berbagi peran dengan sektor jasa dan perdagangan yang tumbuh pesat.Fondasi agraris desa ini masih tetap ada. Petak-petak sawah dan kebun palawija tetap diolah dan menjadi sumber ketahanan pangan. Namun denyut ekonomi yang paling terasa kini berasal dari aktivitas non-pertanian. Di sepanjang jalan utama desa, puluhan warung makan, toko kelontong, dan kios pulsa baru bermunculan untuk melayani kebutuhan para pekerja proyek. Usaha jasa seperti laundry, bengkel, dan rumah sewa (kos-kosan) menjadi sumber pendapatan yang sangat menjanjikan. Sebagian warga yang jeli bahkan beralih profesi menjadi pemasok material bangunan skala kecil atau penyedia jasa transportasi. Transformasi ini mengubah wajah desa dari yang tadinya berorientasi produksi agraris menjadi berorientasi pelayanan jasa.

Peluang dan Tantangan Sosial di Era Pembangunan

Medali pembangunan selalu memiliki dua sisi, begitu pula di Trirejo. Di satu sisi, peluang ekonomi terbuka lebar. Pendapatan per kapita warga meningkat, banyak tercipta lapangan kerja baru, dan nilai aset tanah meroket. Infrastruktur desa, terutama jalan, mengalami peningkatan kualitas yang signifikan sebagai bagian dari dukungan proyek.Namun, di sisi lain, tantangan sosial dan lingkungan juga muncul. Peningkatan volume kendaraan berat menimbulkan masalah debu, kebisingan, dan kerusakan jalan lingkungan. Interaksi antara penduduk lokal dan ribuan pekerja pendatang, meskipun sebagian besar berjalan baik, tetap memiliki potensi gesekan sosial. Isu lingkungan seperti pengelolaan limbah dan perubahan tata air juga menjadi perhatian serius. Tantangan terbesar adalah memastikan bahwa ledakan ekonomi ini bersifat inklusif dan berkelanjutan, bukan hanya sesaat selama masa konstruksi.

Menatap Masa Depan: Potensi Wisata di Tepian Waduk

Warga dan pemerintah Desa Trirejo kini menatap jauh ke depan, ke masa ketika konstruksi bendungan selesai dan waduk raksasa mulai terisi air. Inilah babak baru yang paling dinantikan. Dengan posisinya yang strategis, Trirejo diproyeksikan akan menjadi salah satu gerbang utama menuju destinasi wisata Bendungan Bener.Potensi ekonomi pariwisata sangat besar. Warga didorong untuk mulai merencanakan dan mempersiapkan diri untuk mendirikan usaha-usaha seperti homestay atau penginapan, rumah makan dengan pemandangan waduk, penyewaan perahu atau alat pancing, serta toko suvenir yang menjual produk-produk lokal. Pemerintah desa mulai merancang Rencana Tata Ruang Desa yang berorientasi pada pariwisata, menentukan zona-zona untuk kuliner, penginapan, dan area publik.

Infrastruktur dan Kehidupan Komunitas yang Beradaptasi

Pembangunan infrastruktur di Trirejo berjalan seiring dengan progres proyek bendungan. Selain jalan, jaringan listrik dan telekomunikasi juga diperkuat untuk menampung lonjakan kebutuhan. Kehidupan komunitas pun terus beradaptasi. Semangat gotong royong yang dulu diterapkan untuk membangun saluran irigasi, kini mungkin dialihkan untuk membangun gapura desa atau menata lingkungan sebagai persiapan menyambut wisatawan. Karang Taruna semakin aktif, melihat peluang untuk mengelola unit-unit usaha kepariwisataan di masa depan.

Proyeksi Masa Depan: Menjadi Gerbang Kemakmuran Baru

Desa Trirejo sedang berada dalam sebuah perjalanan transformatif yang monumental. Dari sebuah desa yang maknanya tersimpan dalam filosofi agraris, kini ia berjuang untuk mewujudkan "tiga kemakmuran" dalam konteks yang baru: kemakmuran dari jasa penunjang proyek, kemakmuran dari pariwisata berkelanjutan, dan kemakmuran dari tatanan sosial yang berhasil beradaptasi. Tantangannya tidak mudah, namun dengan perencanaan yang matang dan partisipasi aktif warganya, Desa Trirejo berpeluang besar untuk berhasil melewati transisi ini dan benar-benar menjadi gerbang menuju kemakmuran era baru di tepian Bendungan Bener